Sudah beberapa hari ini, Lita merasa tubuhnya lelah. Kesibukan mengurus rumah, anak-anak, dan pekerjaan membuatnya hampir tak punya waktu untuk diri sendiri. Suaminya, Rian, memperhatikan itu dan merasa iba.
Malam itu, setelah anak-anak tidur, Rian menghampiri istrinya yang sedang bersandar di sofa. “Sayang, kamu kelihatan capek banget. Mau aku pijat?” tanyanya lembut.
Lita tersenyum. “Ah, nggak usah repot-repot, Mas.”
“Tidak apa-apa, anggap saja ini sebagai bentuk sayangku,” ujar Rian.
Dengan penuh perhatian, Rian menyiapkan minyak esensial yang ia beli beberapa waktu lalu. Lita pun berbaring dengan nyaman di atas kasur, hanya mengenakan selimut yang menutupi tubuhnya.
Sentuhan tangan Rian yang hangat mulai bekerja di pundak istrinya, perlahan meluruhkan ketegangan yang selama ini ia rasakan. “Hmm, enak banget, Mas. Tangan kamu ajaib,” gumam Lita dengan mata terpejam.
Rian tersenyum, menikmati momen itu. Baginya, kebahagiaan Lita adalah yang utama. Ia melanjutkan pijatannya dengan lembut, memastikan setiap otot yang tegang bisa lebih rileks.
Tak terasa, Lita hampir tertidur. “Makasih ya, Mas. Aku merasa jauh lebih enak sekarang.”
Rian mengecup kening istrinya. “Apa pun untuk istriku tersayang.”
Malam itu, Lita tidur dengan nyenyak, merasa dicintai dan dihargai oleh suaminya.