Ibu Rina adalah seorang wanita berjilbab yang dikenal ramah dan penyayang di kampungnya. Ia membuka jasa pijat tradisional di rumahnya, membantu banyak orang yang mengalami kelelahan atau pegal-pegal.
Suatu hari, seorang pria bernama Anton datang ke rumahnya. “Bu, punggung saya pegal sekali. Bisa dipijat?” katanya.
Ibu Rina tersenyum lembut. “Tentu, Pak Anton. Silakan duduk.”
Dengan tangan terampilnya, Ibu Rina mulai memijat pundak Anton. Gerakannya lembut namun bertenaga, membuat Anton merasa nyaman. Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini. Anton merasa jantungnya berdebar tak biasa.
“Saya sering dengar pijatan Ibu sangat menenangkan,” ujar Anton mencoba mencairkan suasana.
Ibu Rina tersenyum. “Pijat bukan sekadar sentuhan fisik, tapi juga tentang ketulusan. Saya percaya, jika hati kita bersih, energi yang kita salurkan akan memberikan ketenangan bagi orang lain.”
Anton terdiam. Ia merasa malu atas pikirannya sendiri. Sebelum datang, ia sempat berpikir negatif tentang ibu berjilbab yang memijat. Namun, kini ia sadar bahwa pijatan Ibu Rina adalah bentuk kebaikan, bukan sesuatu yang mesum seperti yang sering disalahartikan orang.
Setelah selesai, Anton mengucapkan terima kasih. Sejak hari itu, ia mulai lebih menghargai orang-orang yang bekerja dengan niat tulus, tanpa prasangka.