Ketertarikan terhadap ngentot di usia remaja atau ABG sering kali menjadi topik yang menarik sekaligus kompleks dari sudut pandang psikologis dan kesehatan. Masa remaja adalah periode di mana individu mengalami perkembangan emosional dan fisik yang pesat, termasuk meningkatnya rasa ingin tahu terhadap hubungan romantis dan seksual. Faktor hormon berperan besar dalam munculnya ketertarikan ini, tetapi aspek psikologis dan sosial juga memiliki dampak yang signifikan terhadap pola pikir serta perilaku mereka dalam menjalin hubungan.
Dari sisi psikologis, keinginan untuk ngewe di usia muda bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti lingkungan pergaulan, eksposur media, dan pencarian jati diri. Remaja cenderung lebih impulsif dalam mengambil keputusan, termasuk dalam urusan asmara. Oleh karena itu, edukasi mengenai hubungan sehat dan pemahaman terhadap konsekuensi emosional sangat penting agar mereka tidak terjebak dalam hubungan yang merugikan. Hubungan intim yang tidak didasarkan pada kesiapan emosional dapat menimbulkan dampak negatif, seperti stres, kecemasan, bahkan perasaan bersalah yang berlebihan.
Dari segi kesehatan, aktivitas seksual di usia remaja perlu diperhatikan dengan lebih serius. Tanpa pemahaman yang cukup, risiko seperti kehamilan yang tidak direncanakan, infeksi menular seksual, dan dampak psikologis akibat hubungan yang tidak sehat bisa meningkat. Oleh karena itu, menjaga kesehatan reproduksi, memahami pentingnya persetujuan dalam hubungan, serta memiliki kesadaran akan tanggung jawab dalam sebuah hubungan adalah hal yang harus dipahami sejak dini.
Pada akhirnya, pendidikan seksual yang baik dan komunikasi yang terbuka dengan lingkungan sekitar, termasuk keluarga dan tenaga profesional, dapat membantu remaja dalam memahami arti dari kedekatan fisik dan emosional dengan lebih matang. Kesadaran akan kesehatan fisik dan mental dalam sebuah hubungan akan membantu mereka menjalani kehidupan asmara yang lebih sehat dan bertanggung jawab.