Malam itu, cahaya bulan merayap masuk melalui celah tirai tipis, menyoroti tubuh-tubuh yang terbaring di dalam kamar yang sunyi. Angin lembut menerobos jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma malam yang dingin namun menggoda.
Di ranjang lebar itu, Alia terbaring dengan tubuhnya yang mulus berbalut selimut tipis, matanya menatap ke arah kekasihnya, Reza, yang duduk di tepi ranjang. Ada keheningan yang berbicara lebih dari kata-kata, sebuah ketertarikan yang tak terhindarkan.
Reza menelusuri pipi Alia dengan jemarinya, merasakan kelembutan kulitnya di bawah cahaya samar. Alia menarik napas pelan saat tangan Reza turun menyentuh lekuk bahunya, menciptakan desir yang mengalir di setiap ujung sarafnya. Mereka saling menatap, membiarkan gairah tumbuh tanpa tergesa.
Perlahan, Reza mendekat, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang dalam dan lembut. Alia merasakan kehangatan menjalari tubuhnya, dan ia membiarkan dirinya tenggelam dalam dekapan kekasihnya. Sentuhan mereka menjelajah dengan hati-hati, seolah menari dalam irama yang hanya mereka yang pahami.
Dalam kesunyian malam, mereka membiarkan diri menyatu dalam harmoni, mengikuti alunan yang menggetarkan jiwa. Setiap desah yang tertahan, setiap sentuhan yang menggelitik, semuanya menjadi bagian dari tarian yang memabukkan di bawah sinar bulan yang mengintip dari balik tirai.