Malam itu, cahaya bulan merayap masuk melalui celah tirai tipis, menyoroti tubuh-tubuh yang terbaring di dalam kamar yang sunyi. Angin lembut menerobos jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma malam yang dingin namun menggoda.
Di ranjang lebar itu, Lena terlelap dengan napas teratur, rambutnya yang panjang tergerai di atas bantal. Di sisi lain, Dira dan Adi berbaring bersebelahan, awalnya dalam keheningan, hanya mendengar detak jantung masing-masing. Mata mereka bertemu dalam remang-remang, dan seolah ada sesuatu yang lebih dari sekadar tatapan—desakan yang tak terkatakan.
Tangan Adi bergerak perlahan, jari-jarinya menyusuri lengan Dira dengan gerakan nyaris tak terasa. Dira menahan napas, dadanya naik turun dalam ritme yang berubah. Dia melirik Lena yang masih tertidur, bibirnya sedikit terbuka, tenggelam dalam mimpinya. Keberadaan Lena, begitu dekat namun tak sadar, menambahkan ketegangan yang menggetarkan udara di sekitar mereka.
Adi semakin mendekat, tubuhnya hanya berjarak sehela nafas dari Dira. Bibir mereka bersatu dalam ciuman perlahan, nyaris tak terdengar, hanya dentingan halus dari desir kain yang bergesekan. Setiap sentuhan terasa lebih tajam dalam senyap, dan napas mereka menyatu dalam irama yang semakin cepat.
Dira memejamkan mata, membiarkan dirinya hanyut dalam gelombang yang membawanya lebih dalam. Jemari mereka menjelajah dengan kehati-hatian, seperti tarian rahasia di bawah selimut malam. Adi bergerak perlahan, membiarkan bibirnya menjelajahi kulit Dira, menelusuri jejak gairah yang mereka bagi dalam senyap.
Ketika ia turun lebih jauh, Dira menggigit bibirnya, menahan desir yang menggelitik setiap saraf di tubuhnya. Bibir Adi menelusuri tiap lekuk dengan lembut, menyentuhnya dengan kesabaran yang menggoda. Dira merasakan kehangatan, sensasi yang menjalari dirinya perlahan-lahan, seperti ombak kecil yang menggulung tepian pantai.
Di tengah momen itu, Lena bergerak sedikit, bergumam pelan dalam tidurnya. Dira dan Adi membeku sejenak, napas mereka tertahan. Tapi saat Lena kembali diam, keduanya saling melirik dengan senyum kecil, lalu kembali menyatu, lebih hati-hati, lebih mendalam, membiarkan gairah mereka menari dalam diam, di antara desir angin dan detak jantung yang berpacu.
Malam terus berlanjut, penuh dengan bisikan sunyi dan sentuhan yang tersembunyi di bawah cahaya bulan yang mengintip dari balik tirai.